Thursday, October 10, 2013

Probiotik Bermanfaat Mencegah Bayi Alergi


Foto :http://assets.kompas.com/data/photo/2013/07/27/1117476shutterstock-96680560780x390.jpg

KOMPAS.com - Alergi pada bayi bisa terjadi jika tiga faktor utama ini saling berhubungan. Yakni genetik, lingkungan mikrobiotik pada saluran cerna, dan masuknya alergen. Jika ayah atau ibu bayi memiliki alergi, anak kemungkinan terkena alergi hanya jika terjadi gangguan di lingkungan mikrobiotik dan masuknya alergen.

"Aspek genetik, lingkungan, alergen, jangan sampai nilainya tinggi, harus ada yang nol. Terjadi alergi bila ada pertemuan ketiga aspek ini, harus semuanya, tidak bisa hanya salah satu saja," ungkap Anang Endaryanto, MD, PhD, konsultan Pediatri Alergi Imunologi RS Dr Soetomo Surabaya, kepada Kompas Health di sela Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Dokter Indonesia (PIT IDAI), di Solo, Senin (7/10/2013).

Anang menjelaskan kalau ibu alergi, anak bisa saja alergi bisa juga tidak. Perlu dilihat lagi faktor lainnya yakni apakah ayah alergi? Jika keduanya alergi, anak 80 persen bisa alergi. Jika hanya salah satunya yang alergi, ayah atau ibu saja, maka anak 40 persen bisa mengalami alergi.

Anak yang memiliki orangtua alergi juga semakin berisiko tinggi jika dilahirkan melalui operasi caesar. Pasalnya, pada anak yang lahir melalui operasi caesar, bisa jadi ada gangguan flora normal baik secara jumlah mau pun kualitasnya. Dengan kata lain, lingkungan mikrobiotiknya rendah yang berpotensi menimbulkan alergi pada bayi. Dampaknya kemudian, alergen bisa tembus dan menimbulkan alergi.

Alergen, kata Anang, bisa berupa makanan yang pertama kontak dengan bayi, baik Air Susu Ibu atau susu formula. Kalau pada ibu yang punya alergi, ASI bisa menjadi sumber pencetus alergi pada bayi ASI. Ini terjadi ketika ibu yang alergi mengonsumsi makanan atau minuman penyebab alergi. Alergen juga bisa berasal dari susu formula yang dikonsumsi bayi. Jika ibu atau ayah (atau keduanya) memiliki riwayat alergi susu sapi, dan bayi mengonsumsi sufor, maka bayi berisiko  alergi.

Menurut Anang, alergi pada bayi sebenarnya bisa dihindari. Caranya saat hamil, ibu yang memiliki riwayat alergi atau ibu dengan suami yang memiliki alergi, mengonsumsi probiotik. Namun yang sering terjadi adalah ibu hamil salah kaprah menyikapi alergi. Anang mengatakan yang sering dilakukan ibu hamil adalah menghindari atau pantang makan makanan pencetus alergi.

"Orangtua sering salah. Supaya anak tidak alergi, orangtua pantang makanan tertentu. Ini tidak boleh dilakukan. Jika ingin mencegah alergi, akan lebih baik jika ibu melahirkan normal karena bayi kontak dengan flora normal ibu dan ini melindunginya dari alergi," ujarnya.

Karenanya dengan mengonsumsi probiotik saat hamil, ketika persalinan normal tidak bisa dilakukan akibat kondisi tertentu, dan ibu harus melahirkan melalui operasi caesar, alergi pada bayi bisa terhindari. Apalagi jika ayah dan ibu, salah satu atau keduanya, memiliki riwayat alergi.

"Probiotik dikonsumsi sejak trimester pertama kehamilan dan diteruskan hingga bayi lahir," terangnya.

Penulis : Wardah Fazriyati /Kompas.com





Wednesday, October 2, 2013

MAKANAN KADALUWARSA YANG MASIH BOLEH DIKONSUMSI

Razia makanan kadaluarsa, ilustrasi
http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/razia_makanan_kadaluarsa_ilustrasi_100729155546.jpg

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Beberapa makanan ternyata masih bisa dikonsumsi meski pada kemasannya tertera tanggal yang menyatakan produk tersebut sudah kedaluwarsa.

Seperti dikutip BBC, sejumlah ketentuan tanggal kedaluwarsa tidak secara langsung berdampak pada keamanan pangan tetapi pada rasa produk makanan itu, kata Dana Gunders, ilmuwan ahli makanan dari Natural Resources Defence Council (NRDC), yang mengeluarkan laporan bahwa kebanyakan makanan yang sudah diklaim kedaluwarsa ternyata masih aman dimakan.

Di Amerika Serikat saja sekitar 40 persen makanan terpaksa dibuang, kebanyakan karena penggunaan label penanggalan yang membingungkan seperti "digunakan pada", "dijual pada" dan "bisa dinikmati pada".

Menanggapi hal ini pada awal tahun depan seorang pebisnis asal Amerika Serikat Doug Rauch akan membuka supermarket dan restoran yang menjual makanan kedaluwarsa yang masih layak makan.

Apa sajakah makanan yang masih layak makan itu? Berikut ini diantaranya:

Keripik tortilla tak akan membuat sakit setelah satu bulan (kedaluwarsa), kata Gunders, meskipun mungkin mulai terasa basi.

Gunders menyarankan agar keripik dimasak kembali dalam pemanggang roti dengan minyak dan dijamin hasilnya kembali renyah. Menyimpan dalam wadah tertutup memperpanjang masa konsumsi makanan semacam ini.

Ia juga mengatakan yoghurt dapat bertahan lebih dari enam minggu dan dia sering memakannya. "Saya makan yoghurt berbulan-bulan melewati tanggal kedaluwarsanya, (tetapi) saya tidak pernah punya masalah."

Cokelat juga bisa bertahan lama, ujarnya. Namun pada coklat sering dijumpai lapisan putih ketika coklat terekspos udara terbuka.

Ini terjadi karena lemak yang telah terkristalisasi mencair dan naik ke bagian atas. Itu bukan jamur, kata dia, dan aman untuk dimakan.

Gunders juga mengatakan kebanyakan orang membuang telur jauh lebih awal daripada yang seharusnya. Padahal telur bisa bertahan tiga hingga lima minggu.

Simpan telur pada temperatur di bawah 5C karena hal ini bisa membantu mencegah pertumbuhan bakteri Salmonella Enteritidis, kata Ted Labuza, profesor ilmu makanan dari Universitas Minnesota.

Susu akan berbau bau busuk jauh sebelum bisa membuat Anda sakit, kata Labuza. Ia menyarankan wadah susu diletakkan pada suhu kamar karena mikroba di udara akan merusak susu - menutupnya dengan cepat dan mengembalikannya ke lemari es pada suhu sekitar 2C akan membantu memperpanjang umur susu.

http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/kuliner/13/09/29/mtvzo3-ini-makanan-kedaluwarsa-yang-masih-bisa-dikonsumsi
Redaktur : M Irwan Ariefyanto