Foto : Shutterstock
KOMPAS.com - Kandungan zat-zat berbahaya bisa kita dapatkan dari mana saja, termasuk dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari seperti nasi. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan, arsenik bisa terkandung di dalam beras.
Padi adalah satu-satunya tanaman yang ditumbuhkan dalam kondisi tergenang air. Belum jelas apakah air tersebut yang membuat arsenik anorganik, yang secara alami sebenarnya terkunci di mineral tanah, lebih mudah terserap oleh tanaman.
Menurut penjelasan Prof.Djoko Said Damardjati, peneliti dari Badan Litbang Kementrian Pertanian RI, arsenik dalam beras sangat ditentukan oleh faktor lingkungan tempat padi tersebut tumbuh.
"Bisa saja kalau sawahnya itu adalah bekas tambang atau dari pupuk yang digunakan. Persawahan yang berada di dekat pabrik atau sungai tercemar juga dikhawatirkan bisa membuat arsenik ditemukan pada beras," katanya.
Djoko mengatakan, Kementrian Pertanian akan melakukan pengecekan kadar logam jika ada laporan dari masyarakat. Namun sejauh ini belum ada laporan sehingga tidak perlu dikhawatirkan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) telah meluncurkan panduan kandungan arsenik pada beras, yakni 0,2 ppm untuk nasi putih dan 0,4 ppm untuk beras cokelat. Beras cokelat (brown rice) memiliki kandungan arsenik lebih tinggi karena proses penyosohannya hanya satu kali dibanding beras putih.
Salah satu cara untuk membatasi paparan arsenik bisa dilakukan dengan tidak mengonsumsi nasi secara berlebihan. Membeli beras yang sudah mendapatkan sertifikat SNI juga bisa menjadi cara karena ada aturan bahwa produk tersebut harus terbebas dari zat kimia berbahaya.
Padi adalah satu-satunya tanaman yang ditumbuhkan dalam kondisi tergenang air. Belum jelas apakah air tersebut yang membuat arsenik anorganik, yang secara alami sebenarnya terkunci di mineral tanah, lebih mudah terserap oleh tanaman.
Menurut penjelasan Prof.Djoko Said Damardjati, peneliti dari Badan Litbang Kementrian Pertanian RI, arsenik dalam beras sangat ditentukan oleh faktor lingkungan tempat padi tersebut tumbuh.
"Bisa saja kalau sawahnya itu adalah bekas tambang atau dari pupuk yang digunakan. Persawahan yang berada di dekat pabrik atau sungai tercemar juga dikhawatirkan bisa membuat arsenik ditemukan pada beras," katanya.
Djoko mengatakan, Kementrian Pertanian akan melakukan pengecekan kadar logam jika ada laporan dari masyarakat. Namun sejauh ini belum ada laporan sehingga tidak perlu dikhawatirkan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) telah meluncurkan panduan kandungan arsenik pada beras, yakni 0,2 ppm untuk nasi putih dan 0,4 ppm untuk beras cokelat. Beras cokelat (brown rice) memiliki kandungan arsenik lebih tinggi karena proses penyosohannya hanya satu kali dibanding beras putih.
Salah satu cara untuk membatasi paparan arsenik bisa dilakukan dengan tidak mengonsumsi nasi secara berlebihan. Membeli beras yang sudah mendapatkan sertifikat SNI juga bisa menjadi cara karena ada aturan bahwa produk tersebut harus terbebas dari zat kimia berbahaya.
Lusia Kus Anna-Kompas Health