Tuesday, August 26, 2014

Sarapan Bubur Bikin Cepat Lapar


Foto : Shutterstock

KOMPAS.com - Tantangan hidup sehat adalah mendapatkan makanan dengan nutrisi terjaga baik. Sayangnya, nutrisi makanan mulai hilang saat dipanen. Proses pengolahan bahan makanan juga semakin menghilangkan nutrisinya. 

Sayur dan buah adalah salah satu makanan yang amat bermanfaat untuk menjaga kesehatan. "Sayur dan buah yang dijus juga baik untuk kesehatan berkat kandungan vitamin dan mineralnya. Namun proses pembuatan jus menghilangkan serat dari sayur dan buah. Paling baik mengolah sayur dan buah dengan slow juicer agar tak banyak serat yang hilang," ujar dokter ahli gizi Tirta Prawita Sari.
Proses pengolahan makanan semakin menurunkan nilai gizi tersebut. "Terlebih lagi prosesdeep fried pada makanan seperti kerupuk," katanya. Sebagai gantinya, microwave bisa digunakan untuk membuat kerupuk. "Mungkin hasilnya tidak akan sama dengan kerupuk yang digoreng. Tetapi mengolah kerupuk memakai microwave menghasilkan kerupuk yang kriuk tanpa menggunakan minyak," imbuhnya.
Indeks glikemik suatu makanan bisa naik ketika diproses dalam waktu yang lama. Indeks glikemik adalah angka yang menunjukkan seberapa cepat kadar gula naik. Semakin tinggi angkanya, semakin cepat gula darah naik. Setelah naik dengan cepat, gula darah pun turun. Saat itu perut jadi terasa lapar. 

"Oleh karena itu pilihlah makanan dengan indeks glikemik rendah agar kenyang lebih lama," sarannya.
Salah satu makanan yang memiliki indeks glikemik tinggi gara-gara proses pemasakan adalah bubur. "Agar tidak mudah lapar, campur makanan ini dengan kacang-kacangan dan serat. Dengan begitu, kita jadi tak cepat lapar," katanya.

Anda juga bisa melengkapi sarapan dengan buah-buahan segar yang ditambahkan yogurt plain agar rasa kenyangnya lebih awet sampai jam makan siang.
Editor :
Lusia Kus Anna

Saturday, August 23, 2014

Cheating Day Adalah Hari Libur Untuk DIET


Foto : Shutterstock

KOMPAS.com - Bagi sebagian orang,cheating day atau hari pembebasan adalah hal yang penting dalam menjalani diet. Alasannya,cheating day dapat memberikan "kesegaran" saat jenuh berdiet sehingga mampu menjaga motivasi.

Sebenarnya tidak ada kata "sulit" atau "berat" dalam menjalankan diet. Bila diet sudah menjadi gaya hidup, maka tidak lagi diperlukan satu hari khusus untuk libur dari diet atau disebut juga dengan "cheating day"
"Saat berdiet, buat apa membohongi diri sendiri dengan cheating day?" ujar dr.Grace Judio-Kahl saat diwawancarai seusai konferensi pers dalam rangka ulang tahun Klinik lightHOUSE di Jakarta, pada Rabu (20/8/2014).

Sejatinya pengertian diet sendiri bukanlah program penurunan berat badan, tetapi pengaturan pola makan yang tepat sehingga tujuan jangka panjang dapat tercapai, yakni hidup lebih sehat. Prinsip penurunan berat badan justru bisa menjadi hambatan karena program dijalankan dengan berat.
Menurut Grace, ketika diet tidak dilakukan dengan cara menyiksa, orang akan menjalaninya dengan fun sehingga tidak membutuhkan cheating day. Menurutnya, kunci kesuksesan program diet adalah mengubah mindset seseorang untuk makan lebih sehat.
Dalam prinsip diet tersebut, orang tetap boleh menikmati hidup dengan makan makanan yang mendapat stigma tidak sehat. Dengan catatan, jumlahnya harus sangat dibatasi.
"Makan nasi goreng kambing dengan emping? Boleh saja asal jumlahnya dibatasi dan tidak melebihi jumlah kebutuhan kalori dalam satu hari," paparnya.
Faktor yang paling mempengaruhi lonjakan berat badan adalah asupan makanan yang melebihi kebutuhan tanpa diimbangi aktivitas yang cukup, atau yang dikenal dengan istilahsedentary lifestyle (gaya hidup kurang bergerak). Padahal aktivitas yang cukup diperlukan untuk membakar kelebihan energi yang ada. Jika tidak, maka kelebihan energi akan disimpan dalam bentuk lemak.
Selain itu, faktor lainnya yang berpengaruh adalah impulsifitas atau ketidakmampuan mengontrol diri saat dihadapi dengan makanan.

Penulis : Unoviana Kartika 
Editor :
Lusia Kus Anna