Wednesday, September 25, 2013

KULIT MULUS DAN SEHAT DENGAN TAHU DAN ALPUKAT


thumbnail
Foto: Thinkstock    http://images.detik.com/content/2013/09/25/900/064917_sarapantahu_cvr.jpg

Jakarta - Sarapan tidak hanya dapat menurunkan berat badan. Tapi juga bisa membantu menjaga kulit agar tetap sehat. Karena itu sajikan makanan kaya protein, lemak sehat dan mineral alami.

Banyak sekali makanan yang bisa disajikan saat sarapan. Tentunya dengan bahan makanan bernutrisi untuk meningkatkan energi. Manfaat lainpun bisa dirasakan menu sarapan yang disajikan seperti menurunkan berat badan dan membuat kulit jadi mulus.

Salah satu bahan makanan bernutrisi yang bisa disajikan adalah tahu dan alpukat. Dua jenis bahan makanan ini mudah disajikan. Misalnya pada tahu bisa disajikan sebagai omelet tahu yang disajikan bersama telur. Sedangkan alpukat bisa dibuat menjadi jus tanpa tambahan gula.

Tahu yang merupakan olahan kedelai ini baik dikonsumsi saat sarapan. Karena mengandung protein nabati, kalsium dan lemak tak jenuh. Kombinasi nutrisi ini dapat membuat kulit jadi lebih halus. Selain itu tahu juga kaya antioksidan, mineral dan mangan yang berguna untuk meremajakan sel-sel kulit.

Agar tak mendapat tambahan lemak, sebaiknya sajikan tahu dengan cara dikukus. Proses penggorengan akan membuat tahu lebih gurih dan renyah tetapi menjadi lebih tinggi kalorinya karena minyak. 

Buah alpukat juga baik disajikan sebagai menu sarapan sehat. Bisa dibuat jus atau salad buah segar. Alpukat merupakan sumber vitamin E yang dapat meningkatkan vitalitas kulit dan jadi lebih berkilau. Selain itu alpukat juga banyak mengandung vitamin C yang dapat mengurangi peradangan kulit.

Sementara itu kandungan minyak baik pada alpukat dapat merangsang produksi kolagen di kulit. Sehingga tekstur kulit jadi lebih kencang dan halus. Andapun bisa mengkonsumsi satu buah alpukat saat pagi hari agar kulit tetap lembab.

Dyah Oktabriawatie Waluyani - detikFood

http://food.detik.com/read/2013/09/25/064610/2368480/900/tambahkan-tahu-dan-alpukat-dalam-sarapan-agar-kulit-lebih-mulus-dan-sehat?d992202284

(odi/dyh)







Thursday, September 19, 2013

Stroberi dan Bluberi Cegah Serangan Jantung


Foto Shutterstock http://health.kompas.com

Kompas.com - Kabar gembira bagi Anda penggemar buah-buahan jenis beri. Menurut penelitian, wanita yang rutin mengonsumsi buah stroberi atau bluberi beresiko lebih rendah terkena serangan jantung.

Penelitian yang dimuat dalam jurnal Circulation ini menunjukkan, wanita yang sering makan buah beri risikonya 32 persen lebih rendah mendapat serangan jantung dibanding yang makan buah-buahan itu sebulan sekali.

Bluberi dan stroberi adalah buah yang tinggi kandungan flavonoid-nya, terutama jenis antosianin, yang diketahui bermanfaat untuk melawan terjadinya plak penyebab serangan jantung.

Penelitian terbaru mengenai manfaat buah beri itu meliputi 93.600 wanita berusia 25-42 yang berpartisipasi dalam Nurses Health Study II. Pola makan para partisipan ini dicatat setiap empat tahun selama periode 18 tahun. Pada akhir penelitian, terdapat 405 responden yang kena serangan jantung.

"Rajin mengonsumsi buah-buahan beri, bahkan pada usia muda akan menurunkan risiko serangan jantung di kemudian hari," kata Aedin Cassidy, ketua departemen nutrisi dari Norwich Medical School di Universitas East Angelica, Inggris.

Pada studi tahun 2012 yang dimuat dalam American Journal of Medicine juga disebutkan bahwa wanita yang sering mengonsumsi antioksidan dari makanan, risikonya terkena serangan jantung turun sampai 20 persen dalam periode 10 tahun mendatang.

Sumber :
Huffington Post

Penulis : Lusia Kus Anna |
http://health.kompas.com/read/2013/01/21/15342012/Stroberi.dan.Bluberi.Cegah.Serangan.Jantung









Monday, September 2, 2013

NORMALKAH POLA MAKAN ANDA?



Jakarta - Secara alamiah, manusia dikaruniai naluri untuk mengontrol asupan makan melalui rasa lapar. Bila segala sesuatunya berjalan 'normal', belum mengalami gangguan apapun, seseorang tidak perlu diet untuk menerapkan pola makan yang sehat.

Tentunya ada kondisi tertentu yang mengharuskan seseorang mengatur sendiri pola makannya. Saat naluri, nafsu makan dan rasa lapar sudah tidak bisa diandalkan lagi, maka diperlukanlah program 'diet' untuk menjaga tubuh tetap sehat.

Berikut ini beberapa hal yang menilai apakah pola makan masih 'normal' atau sudah harus diet, seperti dikutip dari Huffingtonpost, Selasa (27/8/2013).
1. Normalnya tidak usah direncanakan

Secara naluriah, seseorang akan makan saat merasa lapar, atau pada waktu-waktu tertentu sesuai rutinitas sehari-harinya. Pola makan yang normal juga tidak mengenal perencanaan, harus makan ini-itu dan harus menuliskan jadwal kapan boleh makan maupun tidak. Saat segala sesuatunya mulai serba diatur, dan naluri alamiahnya tidak bisa diandalkan, saat itulah pola makan dikatakan sudah tidak 'normal'.
2. Normalnya tidak memikirkan makanan sepanjang hari
Seseorang dengan pola makan yang masih 'normal', tidak akan memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan makanan selain pada saat makan. Bukan cuma soal perencanaan, tetapi juga berbagai fantasi tentang program diet, berat badan dan sebagainya. Memikirkan makanan hanya saat makan, setelah itu akan menjalani hidup dengan 'normal'.
3. Normalnya tidak perlu merasa bersalah saat makan enak
Seseorang dengan pola makan 'normal' tidak memiliki 'penilaian moral' tentang makanannya, seolah-olah seluruh dunia akan menganggapnya berdosa jika makan donat yang banyak gulanya. Mengonsumsi makanan sehat memang dianjurkan, tapi 'normalnya' sekali waktu tubuh bisa mentoleransi makanan enak.
4. Normalnya makan itu spontan
Artinya hanya makan saat merasa lapar, berhenti saat kenyang dan hanya mengonsumsi makanan yang dirasa enak pada saat tersebut. Dalam kondisi 'normal', tubuh memiliki 'biological wisdom' yang secara otomatis akan membatasi asupan-asupan tidak sehat. Jika sudah harus serba diatur, itu berarti sudah 'tidak normal'.
5. Normalnya tidak harus lapar saat galau
Seseorang dengan pola makan 'normal' bunya beragam cara untuk mengatasi ketidaknyamanan. Seperti diketahui, beberapa orang mengalami peningkatan nafsu makan, khususnya untuk mengonsumsi makanan manis, saat mengalami stres secara emosional. Saat tidak bisa mengatasi stres tanpa makanan, maka pola makan sudah tidak 'normal'.





AN Uyung Pramudiarja - detikHealth
http://health.detik.com/read/2013/08/27/095345/2341456/1410/pola-makan-anda-masih-normal-atau-tidak-cek-di-sini-saja