Foto : AP/Reed Saxon
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Jumlah penderita diabetes melonjak mencapai rekor tertinggi sebanyak 382 juta orang pada tahun ini, menurut para ahli medis seperti dikutip reuters, Jumat, (15/11). Mayoritas besar penderita mengidap diabetes tipe 2.
Tipe ini banyak diderita lantaran tingginya angka obesitas dan kurang berolahraga. Epidemi ini menyebar karena semakin banyak orang di negara-negara berkembang mengadopsi gaya hidup Barat dan urban.
Estimasi terbaru dari Federasi Diabetes Internasional ini adalah sama dengan tingkat prevalensi global 8,4 persen dari populasi dewasa dan naik dari 371 juta kasus pada 2012. Pada 2035, organisasi ini memperkirakan jumlah kasus akan melonjak 55 persen menjadi 592 juta.
"Kita telah kalah dalam pertarungan untuk melindungi orang-orang dari diabetes dan komplikasi-komplikasinya yang melumpuhkan dan mengancam nyawa," menurut federasi tersebut dalam edisi keenam Diabetes Atlas, dengan menambahkan bahwa penyakit tersebut sekarang memiliki kecepatan 5,1 juta per tahun atau satu kasus setiap enam detik.
Orang yang menderita diabetes memiliki kontrol gula darah yang tidak memadai, yang dapat mengarah pada komplikasi-komplikasi berbahaya, termasuk kerusakan mata, ginjal dan jantung. Jika tidak diobati, hal ini dapat mengakibatkan kematian dini.
"Tahun demi tahun, jumlah itu sepertinya terus memburuk," ujar David Whiting, seorang ahli epidemiologi dan spesialis kesehatan publik pada federasi tersebut. "Di seluruh dunia, kita melihat peningkatan jumlah orang yang menghadapi diabetes."
Ia mengatakan sebuah strategi yang melibatkan semua bagian masyarakat diperlukan untuk memperbaiki pola makan dan mendorong gaya hidup yang lebih sehat. Federasi tersebut menghitung bahwa diabetes sudah mencakup anggaran perawatan kesehatan sebanyak $548 juta dan kemungkinan naik menjadi $627 miliar pada 2035.
Yang mengkhawatirkan adalah, diperkirakan 175 juta kasus diabetes ini belum terdiagnosa, jadi sejumlah besar orang sedang menuju komplikasi tanpa sadar. Sebagian besar dari mereka tinggal di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah dengan akses yang jauh lebih kecil terhadap perawatan medis dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Eropa.
Negara dengan kasus diabetes tertinggi adalah China, yang diperkirakan akan mencapai 142,7 juta pada 2035 dari 98,4 juta pada saat ini. Namun prevalensi tertinggi ada di Pasifik Barat, dengan lebih dari sepertiga orang dewasa di Tokelau, Mikronesia dan Kepulauan Marshall mengidap penyakit tersebut.
Perusahaan-perusahaan farmasi telah mengembangkan serangkaian obat selama bertahun-tahun untuk melawan diabetes, namun banyak pasien masih berjuang mengontrol kondisi mereka, yang mengarah pada perburuan yang terus menerus untuk memperbaiki perawatan dan pengobatan.
Estimasi terbaru dari Federasi Diabetes Internasional ini adalah sama dengan tingkat prevalensi global 8,4 persen dari populasi dewasa dan naik dari 371 juta kasus pada 2012. Pada 2035, organisasi ini memperkirakan jumlah kasus akan melonjak 55 persen menjadi 592 juta.
"Kita telah kalah dalam pertarungan untuk melindungi orang-orang dari diabetes dan komplikasi-komplikasinya yang melumpuhkan dan mengancam nyawa," menurut federasi tersebut dalam edisi keenam Diabetes Atlas, dengan menambahkan bahwa penyakit tersebut sekarang memiliki kecepatan 5,1 juta per tahun atau satu kasus setiap enam detik.
Orang yang menderita diabetes memiliki kontrol gula darah yang tidak memadai, yang dapat mengarah pada komplikasi-komplikasi berbahaya, termasuk kerusakan mata, ginjal dan jantung. Jika tidak diobati, hal ini dapat mengakibatkan kematian dini.
"Tahun demi tahun, jumlah itu sepertinya terus memburuk," ujar David Whiting, seorang ahli epidemiologi dan spesialis kesehatan publik pada federasi tersebut. "Di seluruh dunia, kita melihat peningkatan jumlah orang yang menghadapi diabetes."
Ia mengatakan sebuah strategi yang melibatkan semua bagian masyarakat diperlukan untuk memperbaiki pola makan dan mendorong gaya hidup yang lebih sehat. Federasi tersebut menghitung bahwa diabetes sudah mencakup anggaran perawatan kesehatan sebanyak $548 juta dan kemungkinan naik menjadi $627 miliar pada 2035.
Yang mengkhawatirkan adalah, diperkirakan 175 juta kasus diabetes ini belum terdiagnosa, jadi sejumlah besar orang sedang menuju komplikasi tanpa sadar. Sebagian besar dari mereka tinggal di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah dengan akses yang jauh lebih kecil terhadap perawatan medis dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Eropa.
Negara dengan kasus diabetes tertinggi adalah China, yang diperkirakan akan mencapai 142,7 juta pada 2035 dari 98,4 juta pada saat ini. Namun prevalensi tertinggi ada di Pasifik Barat, dengan lebih dari sepertiga orang dewasa di Tokelau, Mikronesia dan Kepulauan Marshall mengidap penyakit tersebut.
Perusahaan-perusahaan farmasi telah mengembangkan serangkaian obat selama bertahun-tahun untuk melawan diabetes, namun banyak pasien masih berjuang mengontrol kondisi mereka, yang mengarah pada perburuan yang terus menerus untuk memperbaiki perawatan dan pengobatan.
Redaktur : Agung Sasongko |
No comments:
Post a Comment